Menu

Post Utama

Cerita Inspiratif Phisca Aditya Rosyady Pendiri PCIM Korea

The Muhammadiyah Post - Tulisan berikut dibawah langsung kamu ambil dari akun facebook Mas Aditya semoga bisa menginspirasi.

KAMSAHAMNIDA, KOREA!
Alhamdulillah 'ala kulli hal, mungkin hanya syukur yang bisa mewakili apa yang telah Allah anugerahkan selama perantauan di Korea ini. Senang pun tak cukup, apalagi berpuas diri dalam kebanggaan yang justru melenakan, benar bukan? Saya termasuk orang yang suka berspekulasi dalam hidup, meski terkadang jujur saya masih takut juga menerima kenyataan yang Tuhan berikan. Tapi seiring waktu kemudian berjalan, saya haqqul-yaqin bahwa hidup itu memang penuh misteri dan pergulatan yang pada akhirnya selalu berujung dengan ketentuan-Nya. Perlu bersabar dikala harapan kita belum berwujud dan perlu bersyukur disaat harapan kita diijabah. 

Berpasrah adalah jalan untuk mengiktibari semua ketentuan yang akan terjadi nanti. Dengan itu, kita akan lebih qonaah dalam menerima jalan taqdir yang Tuhan gariskan. Dan spekulasi-spekulasi hidup itu yang kemudian saya tuliskan dalam beberapa resolusi atau impian, termasuk impian saya saat merantau ke Negeri Ginseng Korea. Sebelum meninggalkan tanah air saya menuliskan mimpi dua tahun selama di Korea, mulai dari menikah, dakwah, dan yang tentunya menjadi fokus saya yakni menyelesaikan kuliah.
***
Syukur Alhamdulillah resolusi pertama benar Tuhan anugerahkan kepada Saya. Resolusi yang menurut saya adalah resolusi termustahil yang ada dalam benak saya. Melamar dan mempersunting wanita, sebuah proses yang bagi saya singkat dimulai dari hanya 3 kali bertatap muka dengan calon, kemudian melamarnya pada tanggal 11 Januari 2016 kemudian bertaaruf dan akhirnya berjanji sehidup semati pada tanggal 9 Juli 2016. Meskipun istri warga aseli Jogja tetapi kuasa Allah mempertemukan kami berdua saat di Korea, ya saat kami sama-sama memperingati HUT RI ke-70 di KBRI Seoul. Bagi saya ini resolusi terindah yang akhirnya Tuhan kabulkan dalam penantian 23 tahun seorang jomblo nan cupu dan pemalu seperti saya. Mohon doanya, semoga kami selalu berumah dalam cinta, di tangga menuju syurga. Seiring Sehaluan. Amin.
***
Banyak cara untuk menyukuri apa yang telah Tuhan anugerahi. Jalan kesyukuran sejatinya adalah jalan dimana kita menggunakan nikmat-Nya untuk mendekat pada-Nya, termasuk salah satunya melalui jalan dakwah yakni nasihat menasihati dalam kebaikan dalan kesabaran. Melalui gerakan jamaah dakwah jamaah (GJDJ) tentu akan meneguhkan dakwah tersebut, salah satunya yakni melalui organisasi masyarakat dengan berserikat.

Sebelum berangkat ke Korea satu hal yang saya cari adalah adakah Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) disana? Dan jawabannya adalah belum ada. Saya iri dengan adanya PCIM di Jerman Raya, Taiwan, Mesir, bahkan Jepang yang notabene adalah tetangga Korsel. Namun Korsel yang akan menjadi tempat tholabul ilmi saya ternyata belum ada. Dari situlah semangat untuk mendirikan PCIM Korsel itu bermula. 

Konsultasi ke beberapa kawan senior di Korsel pun dimulai. Pun dengan kawan-kawan PCIM di berbagai belahan dunia. Hingga pada akhirnya satu persatu kawan mulai merapat, berdiskusi dan berdialektika. Mulai dari jaringan IMM UGM, kawan sesama kampus, mahasiswa aktivis dakwah di Korsel hingga kawan-kawan buruh migran Indonesia (BMI) dan ibu rumah tangga yang menemani suami belajar di sini. Kami pun berazzam kuat untuk mendirikan PCIM Korsel.

Berawal dari ngobrol ngalor- ngidul, branstorming kesana kemari, hingga pada akhirnya wacana-wacana pun menjadi realita seperti acara rutin kajian dua pekanan via skype, temu warga muhammadiyah, jalan-jalan bareng hingga sekedar menyusuri sungai han dan bermain ice skating. 

1 tahun berkonsolidasi menguatkan visi dan kebersamaan, atas berkah dan anugerah Tuhan, PCIM Korsel secara resmi berdiri pada 18 Oktober 2016. Tak tanggung-tanggung PCIM ke 18 ini dilantik secara langsung oleh ketua umum PP Muhammadiyah, Dr. H. Haedar Nashir, M.Si. Syukur tak henti-hentinya niatan dan ikhtiar resolusi kedua ini pun bisa diijabah oleh-Nya. Semoga kedepan kami istiqomah dalam amanah dakwah ini, meneguhkan dakwah Islam berkemajuan di Negeri Ginseng.
***
Layar terkembang, pantang kembali pulang. Sebuah keniscayaan bahwa hidup itu harus diperjuangkan. Tidak tinggal diam apalagi justru memaki dan saling menyalahkan. Selesaikanlah apa yang telah dimulai. Kepalang basah kalau apa yang sudah kita mulai harus terhenti karena apapun musababnya. Anies Baswedan pernah mengatakan bahwa skripsi yang baik itu adalah yang selesai. Diksi yang sederhana namun lugas adanya. Saya pun men-generalisirnya menjadi thesis yang baik adalah thesis yang selesai. Hmmm.

Sejak memulai tholabul 'ilmi di Korea, semangat memang tak selamanya ada di atas, ia selalu dinamis dan fluktuatif. Bahkan malah seringnya dibawah. Adakalanya kemalasan melanda atau juga terlena pada kegiatan-kegiatan diluar, entah part time atau sekedar jalan-jalan atau hal-hal berbau serius semacam rapat dan berorganisasi. Namun saya bersyukur dibersamakan dengan kawan-kawan seperjuangan yang selalu mengingatkan niatan pertama ke Korea ini, iya untuk menuntut ilmu. Ada masa-masa berat di awal semester terakhir yakni saat saya harus menempuh hampir 4 jam perjalanan pulang dan pergi dari kampus ke tempat singgah setelah saya menikah. Belum lagi urusan riset dan tesis yang baru kelar di injury-time menjelang defense, bahkan malam menjelang defense pun saya sampai rumah jam 2 malam karena baru selesai mengambil data. Dingin awal winter yang menusuk tulang, untungnya ada secangkir kopi dan senyum hangat dari Istri saat saya pulang.

Semua kan indah pada waktunya. Jumu'ah Mubarak tertanggal 27 Jummadil Awwal 1438 H atau bertepatan dengan 24 Februari 2017 M semua letih lelah dan gelisah itu terbayar sudah, wisuda dengan sudah ada pendamping wisuda (PW) yakni istri tercinta. Tak hanya itu namun kebahagiaan tak tergambarkan saat Ibu dan Kakak bisa menyempatkan terbang ke Korea untuk menghadiri wisuda mahasiswa periode winter 2017 ini. Semua ini saya yakin berkat doa dari orang tua, istri, keluarga, dan teman-teman saya. Terimakasih semuanya Alhamdulillah resolusi ketiga ini bisa tercapai atas izin-Nya. Semoga ilmu ini barokah dan manfaat. Pun juga semoga saya amanah dengan ilmu itu. Amin

Demikian ketiga resolusi selama di Korea, Alhamdulillah'ala kulli hal bisa diijabahi semuannya pada hari Jum'at yang barokah ini. Semoga kita termasuk hamba-Nya yang selalu memperbaiki diri dan senantiasa dalam kesyukuran, kerendahan hati dan ketaqwaan.
Terimakasih kepada seluruh keluarga, guru, handai taulan, karib dan sahabat yang sudah membantu mengikhtiarkan usaha-usaha dan mengijabahkan doa-doa ini, semoga menjadi jariyah panjenengan semua. Terakhir Kamsahamnida Korea!

Nashrun minallah wa fathun qorib.
Kontrakan Griya Pyeongchon Indah, Jumat 24 Februari 2017 di Penghujung Winter 2017.

No comments:

Post a Comment